Sisi Lain Bali Nan Menawan (1)

Selepas Gilimanuk, perjalanan dilanjutkan ke Cekik. Tujuannya hanya satu: Denpasar. Karena acara di rumah saudara malam hari , maka seharian ini harus keliling Bali. Karena besok pagi harus sudah kembali ke Jawa. Diputuskan lewat jalur Utara. Maka kendaraan pun meluncur menuju Pulaki lalu Celukanbawang. Perjalanan menyenangkan. Jalan mulus dan sepi.  Jarang bertemu kendaraan, malah sering bertemu laut di kiri jalan. Sungguh sangat mengasyikkan karena ditemani ombak dan angin sepoi-sepoi.

13673943061559214583

13673943061559214583

Selama perjalanan jalur lintas  Utara  Bali, tak kurang ada 5 masjid lumayan besar dijumpai di beberapa kampung. Akhirnya sampai juga di Singaraja. Jika  belok kanan, naik gunung akan sampai di Danau Baratan. Jika perjalanan dilanjutkan akan turun ke Sangeh, tempat kerajaan monyet ekor panjang.  Tapi, kami ambil lurus saja menuju Kubutambahan. Baru belok kanan naik gunung menuju Kintamani. Bukit yang dipopulerkan Ebiet G. Ade itu.

1367394343678189739

1367394343678189739

Panorama hutan menjelang Kintamani sangat mengesankan. Sayangnya hujan deras sehingga panoramannya tak terabadikan. Padahal sudah niat cari tempat dan duduk santai di pinggir jalan di Kintamanani.  Membayangkan seperti yang dilantunkan Ebiet. G Ade, sambil makan siang. Akhirnya diputuskan untuk terus berjalan. Tiba di  Penelokan. Hujan mulai reda.  Tampak di kejauhan Gunung Batur berdiri dipayungi awan. Perjalanan pun dilanjutkan  menuruni bukit. Tiba di pinggir Danau Batur, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Danau Batur merupakan danau terbesar di Bali yang sebenarnya adalah danau kaldera. Kalau Bromo kalderanya berupa lautan pasir, di Batur kalderanya lautan air. Pura di Danau Batur banyak dihubungkan dengan Empu Kuturan saudara Empu Bharada yang ada di Jawa pada abad ke-10 masehi.. Konon saat itu, Empu Bharada meminta agar Empu Kuturan membagi Kerajaan Bali untuk anak Airlangga tapi ditolak karena Airlangga  sudah berdiam di Jawa sejak lama.

13673944111242442802

13673944111242442802
13673944351133252906

13673944351133252906

Di Danau Batur, sepanjang mata memandang nampak air danau yang biru, dibatasi bukit-bukit dan gunung. Tampak di kejauhan, awan putih padat memayungi puncak Gunung Batur. Nampaknya, hujan deras ada di daerah gunung.  Air di Danau Batur nampak tenang.  Beberapa nelayan mengadu nasib dengan memancing mengunakan sampan kecil. Suasana sekitar danau sepi. Tak banyak wisatawan berkunjung. Tapi itu ada untungnya. Tidak sumpek melihat jubelan manusia di lokasi wisata, he he he…. Beberapa perahu Boatditambatkan dipinggir danau. Nampak beberapa diantaranya sudah tua..  Kesibukan hanya ditampakkan ibu-ibu penjaja souvenir yang ulet menawarkan dagangan. Begitu satu dibeli, lainnya segera mendekat dan berkerumun meminta bagian rejeki. Kadang sebel juga dibuatnya. Saya sempat bertanya, ternyata menyeberang ke Trunyan ongkosnya 500 ribu. Lumayan mahal untuk kami yang hanya bertiga. Apalagi ada rumor yang beredar bahwa tukang perahu suka berhenti di tengah danau untuk minta tambah biaya. Kalau tidak tambah saat itu juga mesin Boat tidak dihidupkan. Waaa… bisa dibayangkan pucat pasinya. Terombang-ambing di tengah Danau Batur yang asing. Tapi rumor itu ditepis oleh penjaga dermaga. Dijamin kalau sekarang sudah tidak ada praktik-praktik semacam itu. Bagaimana dengan jalur darat? Konon jalannya rusak dan berbahaya. Maka klop sudah.  Urunglah niat untuk mengunjungi negeri Bali Aga yang konon merupakan Hindu tertua di Bali. Agak kecewa  tidak bisa melihat jenazah yang tidak berbau busuk walau jenazah  diletakkan begitu saja  di bawah pohon Taru Menyan. Penasaran bagaimana sosok si Taru Menyan ini kok bisa-bisanya menetralisir bau khas yang menyengat itu. Mungkin suatu saat akan kembali ke sana.

13673945971064587248

13673945971064587248
13673945311701384483

13673945311701384483

Tak terasa waktu hampir mendekati pukul 13.00 .  Perjalanan dilanjutkan menuruni jalan berliku. Mendung bergelayut mau jatuh.  Tujuannya ke Tirta Empul. Sebuah Patirtaan kuno yang mirip-mirip dengan Patirtaan  Jalatunda di Gunung Penanggungan. Tirta Empul terletak di sebelah Barat Istana Presiden Tampak Siring. Pura ini terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.  Air di Tirta Empul dianggap suci sehingga dipakai melukat (membersihkan diri)  oleh masyarakat Bali. Karena masuk kawasan suci kompleks Tirta Empul, semua pengunjung wajib mengenakan selendang kuning diikat melingkar di bagian perut. Masuk pelataran  pertama,  disambut oleh pendopo luas di sebelah kanan. Kami berjalan lurus memasuki kompleks pemandian. Setelah melewati gerbang Bentar, di depan mata  tampak kolam persegi panjang penuh berisi air  menampakkan kekunoannya. Ukir khas Bali makin menambah kesan mistisnya.  Deretan pancuran nampak memancarkan air segarnya ke kolam. Konon, mandi di Tirta Empul ini membawa berkah. Beberapa wisatawan asing dan domestik asyik berendam ria. Di tempat inilah tradisi melukat biasanya dilakukan warga Bali.

13673945671002665801

13673945671002665801
13673947011862349798

13673947011862349798

Setelah sejenak menikmati suasana, kaki mengajak terus melangkah ke  halaman dalam pura. Banyak bale-bale di dalamnya. Ada beberapa bale yang dipenuhi arca dewa. Paling menarik perhatian adalah 2 Patung Naga Kembar yang ada di pojok halaman. Ukirannya istimewa. Artistik, citarasa seninya tinggi. Dengan adanya dupa dan pernak pernik alat peribadatan, makin tercipta suasana spiritual di sekitarnya. Saya membayangkan kalau seorang diri di tempat ini malam hari, pasti lari terbirit-birit. Setelah berjalan melewati patung naga dan dewa-dewa, kami berbelok ke kanan dan disuguhi dengan kolam besar. Disinilah asal air yang mengalir lewat pancuran di depan. Uniknya, sumber airnya tidak menetes atau merembes dari samping. Tapi menyembul dari dasar kolam sehingga menciptakan efek air beputar-putar di dasar kolam.

13673947601256251003

13673947601256251003

Sepeninggal Tirta Empul, sebenarnya mau mampir ke Istana Tampak Siring. tapi begitu sampai di halaman depan niat untuk masuk pun diurungkan karena melihat sosoknya yang gagah. Tentu perlu waktu lama untuk melihat dalamnya. Juga belum tentu diperbolehkan oleh si penjaga, he he he.  Akhirnya putar balik dan meluncur ke bawah, menuju Goa Gajah.

Tinggalkan komentar